"Dari istana ke Istiqlal aja nyambung itu 1 juta orang. Masa datang dari seluruh pelosok negeri masa enggak dianggap? Kayak enggak punya leadership. Kayak enggak punya perasaan sebagai pemimpin,"JAKARTA -- Kaburnya Presiden Joko Widodo saat adanya demonstrasi jutaan rakyat Indonesia pada 4 November 2016 kemarin, di sesalkan oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Fahri menilai, sangat tidak pantas seorang presiden pergi begitu saja saat jutaan rakyatnya ingin bertemu untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Sebelumnya, jutaan umat Islam berkumpul di sekitar Istana Kepresidenan untuk menuntut proses hukum terhadap calon gubernur nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Namun, Jokowi memilih meninggalkan Istana dan meninjau sejumlah proyek infrastruktur di Bandara Soekarno-Hatta.
"Presiden mengabaikan demo terbesar dalam sejarah Indonesia. Enggak pernah ada demo sebesar itu," kata Fahri seperti dilansir dari Kompas.com, Jumat (4/11/2016).Akibat Jokowi tidak ada di Istana, salah satu tuntutan demonstran untuk bertemu Presiden tidak terpenuhi. Perwakilan demonstran akhirnya diterima oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Fahri menilai sikap Jokowi ini sangat fatal.
Ia menilai Jokowi telah mengabaikan suara sekitar sejuta rakyat yang datang ke Istana dari berbagai daerah.
"Dari istana ke Istiqlal aja nyambung itu 1 juta orang. Masa datang dari seluruh pelosok negeri masa enggak dianggap? Kayak enggak punya leadership. Kayak enggak punya perasaan sebagai pemimpin," ucap Fahri.
Unjuk rasa berlangsung sejak setelah shalat Jumat. Massa berjalan dari Masjid Istiqlal ke depan Kompleks Istana Kepresidenan. Hingga petang, unjuk rasa berlangsung tertib. Namun, selepas pukul 18:00 WIB, tensi memanas. Akhirnya bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat terjadi.
Menurut laporan sejumlah demonstran di lapangan, bentrokan dipicu oleh sekelompok massa yang diduga pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang ingin memprovokasi umat Islam agar melakukan kerusuhan.
Pasalnya menurut para demonstran, para provokator tersebut menggunakan baju kotak-kotak dengan paras wajah oriental atau berwajah Tionghoa.
Namun, para ulama dan tokoh masyarakat di lapangan berusaha meredam dan mengendalikan situasi agar umat Islam tidak terpancing. Para demonstran pun berusaha mengingatkan sesama mereka agar bisa mengendalikan situasi, agar demonstrasi tetap bisa berjalan tertib.(*JU)