“MSG adalah tempat untuk Papua. Bangsa dan rakyat Papua, bisa melakukan kolaborasi dan berbagi potensi sumber pemahaman daerah yang lebih dalam,”JAYAPURA -- Seakan mengulang kembali kejadian lepasnya Provinsi Timor-Timur (sekarang menjadi Timor Leste), yang saat itu didukung oleh organisasi gereja Katolik internasional, saat ini Federasi Gereja Katolik Pasifik dan Oceania menyatakan mendukung kemerdekaan Papua untuk lepas dari kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini disampaikan Komite Eksekutif Federasi Konferensi Uskup Katolik Oceania (Australia, Selandia Baru, Papua Nugini/Kepulauan Solomon, CEPAC), saat melakukan pertemuan di Port Moresby, Papua Nugini (PNG). Para uksup datang dari banyak negara pulau yang tersebar di seluruh Pasifik.
Dalam pertemuan itu, Uskup Agung John Ribat MSC menyatakan fokus khusus para uskup adalah masalah Papua Barat. Menurutnya, orang-orang Papua saat ini sedang mencari penghormatan dan kemerdekaan atas jati dirinya, seperti halnya yang dilakukan oleh setiap manusia dan kebudayaan.
“Batas politik tidak pernah dapat berisi atau mengontrol hubungan etnis dan kami mendesak pemerintah untuk mendukung keinginan rakyat Papua Barat untuk berpartisipasi penuh dalam Melanesian Spearhead Group (MSG),” kata Uskup Agung Port Moresby, John Ribat MSC seperti dilansir dari tabloidjubi, Senin (22/8/16).
Para Uskup Oceania ini mendukung deklarasi antara agama tahun 2003 yang mensepakati ’Papua Tanah Damai’. Menghalangi partisipasi rakyat dan bangsa Papua dalam di MSG menurut para uskup ini tanya akan membuat luka pada bangsa Melanesia.
“MSG adalah tempat untuk Papua. Bangsa dan rakyat Papua, bisa melakukan kolaborasi dan berbagi potensi sumber pemahaman daerah yang lebih dalam,” kata Uskup John.
Sedangkan Uskup Charles Drennan, Uskup Palmerston North, Selandia Baru menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah Indonesia karena mengijinkan uskup dari PNG dan Kepulauan Solomon untuk mengunjungi Jayapura.
![]() |
Para Uskup Katolik kawasan Pasifik dan Oceania yang menyatakan mendukung kemerdekaan Papua terlepas dari kedaulatan NKRI. (foto: catholicleader.com.au) |
Para uskup yang menghadiri pertemuan Uskup se-Oceania ini adalah Uskup Agung John Ribat MSC, Port Moresby; Uskup Vincent Long OFM Conv, Parramatta; Uskup Robert McGuckin, Toowoomba; Uskup Charles Drennan, Palmerston North; Uskup Michel Calvet SM, Noumea; dan Uskup John Bosco Baremes SM, Port Vila.
Seperti diketahui, organisasi separatis United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) masih berupaya agar bisa diterima bergabung sebagai anggota penuh organisasi MSG. Namun, karena ULMWP hanya merupakan sebuah LSM pembangkang biasa dan tidak mewakili entitas negara manapun, maka keanggotaan ULMPW ditolak oleh MSG.
Panduan dan kriteria keanggotaan yang disusun oleh komisi legal Sekretariat MSG sebelum pertemuan para pemimpin MSG di Honiara, mensyaratkan anggota MSG haruslah sebuah negara.
Sedangkan Indonesia saat ini sudah diterima menjadi anggota MSG, dan telah memiliki hak suara seperti anggota MSG lainnya. Delegasi Indonesia menyatakan akan berusaha membangun organisasi MSG menjadi organisasi besar di kawasan Pasifik, yang tidak bersifat sektarian, atau etnisitas.
Indonesia akan menjadikan MSG sebagai organisasi internasional yang lebih mengutamakan persatuan para anggotanya, peningkatan ekonomi, kerjasama keamanan, pendidikan, dan lain-lain, seperti halnya organisasi internasional lainnya.
Menjadi catatan sejarah, lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI juga mendapatkan bantuan dari gerakan Kristen internasional. Adalah Carlos Filipe Ximenes Belo atau biasa disebut dengan Uskup Belo, yang merupakan perwakilan Gereja Vatikan di Indonesia, saat itu terus menyebarkan propaganda di tingkat dunia bahwa telah terjadi pembantaian massal yang dilakukan militer Indonesia di provinsi ke-27 tersebut.
![]() |
Pastor Jhon Djonga, salah satu pemuka agama Katolik di Papua yang telah lama begitu gigih mendukung dan membela kelompok separatis OPM di tanah Papua. (foto: istimewa) |
Pencitraan buruk mengenai Indonesia yang dilakukan pihak gereja Katolik di Timor Timur dan dunia saat itu mampu merubah opini publik dunia, yang meyakini Indonesia telah melakukan penjajahan di Timor Timur.
Dan kini, dengan hadirnya kekuatan gerakan gereja Katolik global dalam permasalahan separatisme di tanah Papua, bukan tidak mungkin akan mengulang kembali sejarah dengan berakibat lepasnya Papua dari kedaulatan NKRI.
Hal tersebut telah dimulai dengan adanya sokongan pihak gereja di belakang pergerakan kelompok pemberontak Organisasi Papua Merdeka yang saat ini terus saja merongrong keamanan tanah Papua.(*JU)
Sumber: tabloidjubi/catholicleader.com.au