“Kita tidak bisa lagi menampung para pengungsi dari Suriah dan Irak. Saya tidak memiliki masalah dengan orang-orang Slovakia dan Lithuania, tetapi saya menolak kedatangan pengungsi dari negara Islam,"AMSTERDAM -- Kebencian terhadap umat Islam, atau Islamophobia, semakin meningkat di Benua Eropa. Sejumlah negara, seperti Perancis, Inggris, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya mulai mengeluarkan kebijakan guna mengekang perkembangan Islam di negara masing-masing.
Bahkan di Belanda, Calon Perdana Menteri (PM) Belanda yang paling diunggulkan untuk menang, Geert Wilders bersumpah akan menutup semua masjid di negaranya dan melarang pembacaan Al Quran. Ketua Partai Kebebasan Belanda (PVV) itu juga menyerukan manifesto de-Islamifikasi dalam kampanyenya.
Menurutnya, Belanda wajib mencegah penyebaran pengaruh agama Islam di dalam negeri. Wilders bahkan menyamakan Al Quran, kitab suci umat Islam dengan buku 'Mein Kampf' karangan Diktator Nazi Adolf Hitler.
Terkait imigrasi, dia juga berjanji akan menutup pintu perbatasan dan kalau bisa keluar dari Uni Eropa agar tidak perlu menerima kedatangan para imigran Muslim tersebut. Tidak berhenti sampai di situ. Wilders juga meyakinkan publik bahwa di masa pemerintahannya kelak, semua sekolah Islam dan pusat pencari suaka (asylum centers) akan ditutup.
“Kita tidak bisa lagi menampung para pengungsi dari Suriah dan Irak. Saya tidak memiliki masalah dengan orang-orang Slovakia dan Lithuania, tetapi saya menolak kedatangan pengungsi dari negara Islam,” katanya, seperti diberitakan Express, Sabtu (27/8/16).
![]() |
Geerts Wilders menghina Al-Quran dengan menyebut kitab suci umat Islam tersebut sama seperti buku karangan diktator Nazi, Adolf Hitler. (Gambar: islam-watch.org) |
Seruan bernada islamophobia itu telah dikumandangkannya sejak Maret tahun ini. Meski begitu, dia tetap berada di urutan teratas dalam setiap jajak pendapat elektabilitas sebagai calon PM Belanda menggantikan Mark Rutte.
Geert Wilders pernah diadili atas tuduhan menghasut kebencian rasial, di pengadilan Den Haag, Belanda. Namun, pada 2011, Wilders dibebaskan dari dakwaan atas penghasutan rasis yang menyebut Al-Quran harus dilarang dan para warga asal Timur Tengah yang disebutnya sebagai penjahat, harus dideportasi dari negara itu.
Sejumlah pengamat dan pakar hukum di negara itu menyebutkan, bebasnya Wilders dari jeratan hukum bernuansa politik. Karena tokoh Belanda paling anti Islam tersebut memiliki para pendukung yang cukup signifikan di parlemen Belanda. (*JU)
Sumber: Express