"Intelijen Saudi sejak tahun 2003 berada di balik konflik Irak, dengan cara mengadu domba (antar kelompok). Dan, mereka yang bertanggung jawab untuk semua penumpahan darah di antara sekte-sekte dan kepercayaan di negeri ini,"BEIRUT -- Sudah menjadi rahasia dunia jika kemelut peperangan yang terjadi hampir di seluruh kawasan Timur Tengah, tak lepas dari campur tangan negara terkaya di kawasan tersebut, yaitu Arab Saudi. Dengan kekuatan uangnya, Arab Saudi mampu mengintimidasi dan memperuhi negara lainnya sesuai dengan agenda dan keinginan mereka.
Pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah menyebut Arab Saudi sebagai pihak yang berada di balik semua konflik di Timur Tengah. Dirinya menuturkan, salah satu cara yang digunakan Saudi untuk memantik konflik adalah dengan praktik adu domba.
Salah satu negara yang menjadi korban Saudi adalah Irak. Menurut pemimpin Hizbullah tersebut, Saudi mulai memicu konflik di Irak sejak tahun 2003 lalu, atau sejak konflik di Irak mulai memanas dan pasukan Amerika Serikat (AS) masuk ke negara tersebut.
"Intelijen Saudi sejak tahun 2003 berada di balik konflik Irak, dengan cara mengadu domba (antar kelompok). Dan, mereka yang bertanggung jawab untuk semua penumpahan darah di antara sekte-sekte dan kepercayaan di negeri ini," ujar Nasrallah, seperti dilansir Shafaq pada Rabu (7/10/2015).
Bukan hanya memicu perang antar suku di Irak, Nasrallah juga menyebut Saudi adalah salah satu pihak yang berada di balik perang antara Irak di masa pemerintahan Saddam Hussein dengan Iran. Semua itu, menurut Nasrallah dilakukan Saudi atas permintaan dari AS.
"Peran Saudi sejak berdirinya Israel adalah melayani kepentingan Amerika di kawasan itu, mereka adalah adalah salah satu pihak yang mendanai perang, sejak perang Saddam melawan Iran, lalu berlanjut ke Afghanistan, Pakistan dan tentu saja Irak," sambungnya.
Arab Saudi Dalang Perpecahan Umat Islam
Pendapat yang sama juga disampaikan seteru abadi Arab Saudi di Timur Tengah, yakni Iran. Para pemimpin Negara Islam Iran sudah jauh-jauh hari mengingatkan Arab Saudi agar berhenti mensponsori aktifitas terorisme di Timur Tengah.
Jenderal Ahmad Reza Pourdastan, komandan pasukan Angkatan Darat Iran, menuduh Arab Saudi dan negara-negara sekutunya di Teluk menjadi sponsor Daesh atau ISIS untuk menyebarkan terorisme ke Iran. Tuduhan itu muncul dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Iran pada hari Rabu.
Menurutnya, Saudi dan beberapa negara Teluk memberi dukungan material kepada kelompok Islamic State (ISIS).
”Kami tahu bahwa beberapa rezim reaksioner di wilayah ini, termasuk Arab Saudi, yang mensponsori teroris Daesh dan mendukung teroris baik secara finansial dan spiritual, serta bonekanya, yang semua menikmati bantuan dari intelijen Amerika Serikat (AS) dan Israel, berencana untuk menyebarkan kelompok teroris ke negara kita,” kata Pourdastan.
Jenderal Iran ini melanjutkan, pada tahun 2014, ekstremis Daesh diidentifikasi berada di bagian timur Provinsi Diyala, Irak, yang berbatasan Provinsi Kermanshah, Iran barat. Kelompok itu, kata dia, berusaha untuk melakukan serangan teror di Iran.
“Pada saat itu, angkatan bersenjata Iran melakukan intervensi pada waktu yang tepat dan mengambil tindakan tegas,” katanya, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (14/4/2016).
Saudi telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah kantor Kedutaan Besar Saudi di Teheran diserang dan dibakar massa di Iran. Serangan terjadi beberapa jam setelah Saudi mengeksekusi ulama Syiah, Nimr al-Nimr. (*JU)
Sumber: Sputniknews